Friday, May 29, 2015

Datanglah Seusai Musim Gugur



Pepohonan di depan Queen Victoria Market, Melbourne, kala musim gugur (Ahmad Syam)
29 April ke 29 Mei menandai 30 hari kepergianmu, Nak. April ke Mei juga menandai puncak musim gugur di Melbourne. Pepohonan merontokkan seluruh daunnya dan menyisakan ranting yang meranggas. Daun-daun itu lalu jatuh di atas aspal, di beton-beton trotoar, dan di rerumputan. Jika datang angin, daun-daun tersebut tersapu, berlarian.
Kamu tentu tahu, Nak. Ini musim gugur terberat dalam hidupku. Saya tidak hanya berusaha beradaptasi dengan musim gugur sebagai fenomena alam tetapi juga musim gugur di hati ini.  Dua tahun empat bulan kuncup pengharapan saya jaga dan rawat. Warnanya yang hijau segar meluapkan keriangan. Namun kuncup itu tiba-tiba gugur yang membuat pengharapan saya meranggas. Persis daun-daun itu, saya berlarian di jalan-jalan, di trotoar, dan di rerumputan.
Musim gugur adalah musim dengan cuaca yang labil. Kadang langit yang semula cerah, tiba-tiba mendung, lalu hujan. Panas dingin silih berganti meski dinginnya lebih dominan karena angin memboncengi uap-uap es dari pegunungan. Dan, karakter musim gugur di hati ini pun sangat tidak konsisten. Di tengah keramaian, dalam kesibukan beraktivitas, pada sela gelak tawa selalu terselip air mata. Nak, dirimu seperti uap es yang terbawa angin lalu membuat hati ini sangat dingin.
Ya, demikianlah, siklus alam dan kehidupan memang selalu paralel. Pergiliran musim seperti halnya pergantian nasib kehidupan. Musim panas-musim dingin, siang-malam, terbit-terbenam, gugur-semi adalah sebagian dari siklus alam. Pada kehidupan terdapat senang-kecewa, tertawa-menangis, hingga lahir-mati.
Akhir Mei adalah ujung dari musim gugur, Nak. Dua-tiga bulan ke depan adalah musim dingin. Kamu tentu tahu, jaket dan selimut untukmu sebagai persiapan di musim dingin telah saya siapkan. Jaket dan selimut itu sudah tertata rapi dalam lemari. Meski kelak kamu tidak akan memakainya saya cukup bahagia memandangi dan menciuminya untuk menemukan dirimu dan bau tubuhmu. Mendekap jaket dan selimutmu sungguh memberikan kehangatan.
Jika kelak musim semi tiba? Saya harap kamu datang, Nak. Menikmati kuncup-kuncup di pepohonan. Bermain di bawah sinar matahari yang lebih banyak dan ramah. Berkejaran bersama angin yang tidak begitu menggelisahkan. Datanglah….

Brunswick, 29 Mei 2015

 


No comments: